Tuesday, April 28, 2020

COVID 19 Mengubah Pendidikan?



            Pandemi Covid19 yang melanda dunia, juga melanda Indonesia. Covid 19 bukan saja merusak kesehatan secara fisik. Namun juga menghancurkan perekonomian secara massif. Tak terkecuali dunia pendidikan. Dunia pendidikan di Indonesia yang boleh diasumsikan bahwa mayoritas pendidiknya “gagap teknologi” sekarang mendadak “melek teknologi”. Tagar belajar dari rumah menjadi pembicaraan yang menarik. Dengan konsep pendidikan jarak jauh yang pada intinya adalah belajar mandiri menjadi style ditengah pandemi ini. Pendidik sekarang minimal menggunakan media WAG (WA Group) untuk memberikan materi belajar hariannya. Absen secara real time, dan tugas yang diberikan minimal menggunakan e-mail. Ya Indonesia mengikuti trend dunia, revolusi 4.0 dan paling penting yakni Internet Of Thing (IOT)
            Jika kita ambil teori yang berdasar pada buku Rogers “Diffusion of Innovation”, terdapat 5 model tingkatan dalam proses penerimaan inovasi. Penggunaan teknologi mungkin barang lama di kota besar, atau kuliah jarak jauh mungkin adalah hal yang biasa bagi mahasiswa UT (Universitas Terbuka) namun bagaimana di desa? Atau tempat-tempat yang masih sulit internet? Atau mahasiswa yang iasanya nitip absen di kelas, sekarang tak pelu nitip absen lagi karena harus absen sendiri. Pada masa depan IOT adalah inti dari perubahan sosial masyarakat Indonesia. Pandemic ini merubah semua. Dalam lima model tingkatan dimulai dari knowledge, persuasion, decision, implementation, confirmation. Lima tingkatan ini sedang berproses dengan adanya Covid 19. Inovasi mengenai pembelajaran jarak jauh mulai di dunia pendidikan disebarkan kembali dengan adanya TVRI yang mempunyai power yang besar untuk mendifusikan kegiatan pembelajaran, lalu web kemendikbud serta Pustekom meuncul sebagai sarana belajar dari rumah.
            Semua ini yang telah terjadi, akan mengubah cara belajar, gaya mengajar, dan akhirnya teori belajar yang baru yakni cybernetic bisa diterapkan di Indonesia. Covid 19 ini mengubah banyak hal dan sulit bagi dunia pendidikan untuk kembali seperti sebelum ada Covid 19, so… welcome the new one

Friday, March 20, 2020

Home learning? (Efect Covid 19)


Beberapa hari ini pemerintah memberikan kebijakan belajar jarak jauh. Belajar yang diasumsikan “belajar dari rumah” yang diartikan home learning secara gamblang. Oke “saya mengiyakan” saja bahwa ada istilah home learning, yang mungkin lebih tepatnya distance learning. Apa itu distance learning? Atau pendidikan jarak jauh. Pendidikan jarak jauh adalah secara sederhana terpisahnya jarak antara pendidik dan peserta didik. Jadi terpisahnya pendidik dan peserta didik sekarang adalah ciri Pendidikan Jarak jauh, kemudian Pendidikan jarak jauh adalah belajar mandiri, belajar mandiri diintepretasikan bahwa peserta dapat belajar sendiri dengan melihat buku paket, bahan ajar, modul dan lain-lain, sehingga penugasan menjadi penting karena berhasil atau tidaknya tujuan pembelajaran tergantung motivasi peserta dalam belajar mandiri tersebut. Kemudian ditambah belajar melalui jarak jauh adalah bebas belajar kapan saja dan di mana saja. Biasanya peserta dalam situasi biasa, maka belajar di dalam kelas, namun belajar jarak jauh bisa di mana saja. Sehingga kebiasaan peserta didik dan pendidik yang belajar dalam real time bisa menjadi delay. Peserta dengan bebas mengakses untuk membuka media pembelajaran, sehingga media menjadi salah satu syarat penting dalam pendidikan jarak jauh.
bukan sekedar tugas online

Pada penjelasan di atas maka kita mengetahui bahwa pendidikan jarak jauh bukan hanya sekedar pemberian tugas yang banyak. Namun juga pendidik tetap bertanggung jawab mengukur keberhasilan dalam suatu materi dengan melihat nilai pada tugas struktur yang diberikan. Jika belum cukup baik maka dilihat mengapa bisa terjadi hal tersebut? Hal tersebut bisa menjadi pertimbangan pada pemberian tugas struktur berikutnya, Sementara itu patut diingat bahwa konsep belajar mandiri berbeda sekali dengan belajar bersama di kelas. Pada belajar mandiri, peserta didik bersifat individu sehingga mempunyai kebebasan untuk menuju materi berikutnya jika sudah dianggap mampu.

Demikianlah tulisan ini saya buat karena banyak sekali yang menyamakan cara belajar pendidikan jarak jauh dengan situasi belajar di kelas. Namun hal menariknya adalah Indonesia semakin akrab dengan revolusi 4.0 dan sosial 5.0. Harapannya dengan menggunakan pendidikan jarak jauh, semakin banyak manusia Indonesia yang aware terhadap pendidikan jarak jauh.

Sunday, October 27, 2019

ada apa dengan skripsi?


Ketika menulis tulisan ini, saya masih membimbing mahasiswa dalam mengerjakan tugas akhir mereka untuk menulis karya ilmiah yang disebut skripsi. Untuk level S1, judul skripsi yang ditulis adalah hasil pemikiran mahasiswa (sendiri, melihat judul di perpustakaan, di google atau hasil sharing dengan dosen). Hal tersebut tentu tidak menjadi masalah. Namun ternyata yang menjadi masalah adalah banyak (mayoritas) mahasiswa tidak memahami mengapa ia memilih, menulis dan meneliti judul tersebut? sehingga pada latar belakang masalah tdiak terlihat urgensi masalah dan lebih kepada kata-kata yang normatif. Hal ini terjadi karena kedalaman materi mengenai judul yang diangkat kurang dipahami.
                Hal fundamental ini mengakibatkan banyaknya skripsi yang menjadi barang asing oleh pembuatnya. Skripsi pada dunia pendidikan sebanding dengan sarjana pendidikan yang dihasilkan, namun jika dilihat, berapa banyak penelitian yang mengangkat dunia pendidikan Indonesia? Nampaknya skripsi hanya menjadi ritual dalam dunia akademis sebagai syarat lulus. Salah satu sebab inilah kita harus tahu kegunaan skripsi. Jika hanya sebagai penghias perpustakaan fisik dan digital, kenapa tidak membeli bunga plastik dan memperbaharui lay out cover agar lebih hemat!

Saturday, September 21, 2019

Model atau metode?



Tulisan ini dibuat ketika sebuah situasi sidang skripsi. Banyak sekali mahasiswa yang mengambil judul mengenai model pembelajaran, namun masih bingung dan kurang memahami apa itu model pembelajaran? Kebanyakan dari mereka menjawab model pembelajaran adalan suatu cara atau metode. Betulkah itu? Apakah benar dan betul itu sama? Atau penambahan imbuhan ke- dan –an menjadi berubah makna? Antara kebetulan dan kebenaran itu mempunyai makna yang sama? Menarik dan paradoks.

Mari kita lihat secara sederhana ketika kita berbicara model. Dalam online Busines Dictonary bahwa yang dimaksud dengan model adalah representasi grafis, matematik( simbolik), fisik, maupun lisan atau versi sederhana dari suatu konsep, fenomena, hubungan, struktur, sistem atau aspek dari dunia nyata.  Yaumi mengatakan (2018) konkretisasi teori dalam bentuk tampilan grafis, panduan, pola atau prosedur kerja berdasar standar tertentu untuk mengarahkan suatu kegiatan dalam mencapai hasil yang maksimal.   Richey, Rita C., Klein, James D., Tracey, Monica dalam Suparman (2014) menyatakan bahwa model mempresentasikan realitas dengan menampilkan struktur dan tindakan untuk menyatakan idealisasi dan pandangan suatu realitas. “models implies are a representation of reality presented with a degree of structure and order, and models aee typically idealized and simplified view of reality”. Model itu sendiri terdapat dua kategori yaitu: micromorphs dan paramorphs. Definisi dari micromorphs adalah model yang berbetuk tiruan, baik itu benda dan simulasi komputer atau miniatur suatu benda dengan skala yang telah ditentukan. Paramorphs adalah deskripsi simbolik yang lazimnya menggunakan deskripsi verbal. Contoh dari paramorph adalah a) model konseptual b) model prosudural c) model matematika.
melihat definisi model
Model konseptual adalah deskripsi teoritis yang bersifat umum dan abstrak untuk menggambarkan pandangan tentang realitas, sintesis dari suatu penelitian yang didukung oleh pengalaman atau data terbatas. Model prosudural menunjukkan langkah-langkah dalam melakukan suatu pekerjaan, misalnya langkah-langkah desain intruksional, siklus penelitian dan pengembangan. sementara model matematikal berbentuk rumus yang mendeskripsikan hubungan antara berbagai komponen atau faktor.

(Model pembelajaran yang dimaksud oleh kebanyakan mahasiswa adalah model konseptual dan prosudural, karena melihat definisi di atas)

Suparman (2014) menjelaskan model adalah suatu representasi realitas yang menggambarkan struktur dan tatanan dari suatu konsep serta menampilkan salah satu bentuk dari empat bentuk sebagai berikut: deskripsi verbal atau konseptual, langkah-langkah kegiatan atau prosedur, replika fisik atau visual, persamaan atau rumus.
Lalu bagaimana dengan pembelajaran?  (hal ini sudah saya bahas pada januari 2018 di blog ini) silahkan dilihat lagi.http://andieahmad1897.blogspot.com/2018/01/mengenai-pembelajaran.html

Metode diambil dari kata method yang mempunyai makna cara. Jadi secara sederhana (tidak akan saya jelaskan panjang lebar seperti penjabaran model karena memang sudah mempunyai definisi yang berbeda antara model dan metode).

Jadi maunya model atau metode?


Friday, July 5, 2019

PENGGUNAAN MUSEUM NASIONAL SEBAGAI SUMBER BELAJAR MATA PELAJARAN SEJARAH


A.    LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di wilayah Asia Tenggara, Indonesia memiliki ± 17.000 buah pulau dengan luas daratan 1.922.570 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2. Melihat banyaknya pulau dan luas daratan tersebut tentu Indonesia mempunyai banyak potensi dalam sumber daya alam. Pemanfaatan sumber daya alam akan berfungsi sempurna jika sumber daya manusianya mumpuni dan cakap dalam mengelola kekayaan alam yang dimiliki Indonesia.
Oleh karena itu, salah satu faktor dalam mengelola sumber daya alam adalah pendidikan. Pendidikan menjadi penting karena menjadi penentu suatu kemenangan sebuah kompetisi dalam dunia global. Ojong (2019:140) Perang Eropa lebih menarik daripada Perang Pasifik… karena yang sedang bertarung adalah musuh yang sama tinggi tingkat kemajuan di lapangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan para ahli yang sederajat, dengan tradisi ilmiah yang sama, dan dengan laboratorium yang sama pula lengkapnya. Hal ini menjadi bukti empiris mengapa Eropa bisa menjadi maju karena tradisi pendidikannya yang baik. Hal ini tentu menjadi inspirasi founding father dalam membuat dasar negara, yang memang hidup di masa era Perang Dunia dan perang ideology yang begitu kuat.
Dalam UUD45 terdapat pesan yang disampaikan kepada para rakyat Indonesia bahwa, pemimpin Indonesia harus  “mencerdaskan kehidupan bangsa” yang mempunyai maksud bahwa pendidikan harus menjadi utama, maka tidak salah ketika Bung Karno memberikan ide anggaran 20% dari APBN kepada dunia pendidikan. Menurut UU No 10 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2013, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Lebih sederhana lagi Pendidikan adalah sebuah proses yang mengacu pada kata belajar, yang mempunyai tujuan agar manusia yang belajar mempunyai pikiran dan tindakan yang arif dan bijaksana. Disitulah kita bisa memahami peran pendidikan menjadi sebuah hal yang vital dalam negara Indonesia.
Pendidikan adalah sebuah sistem. Banathy (1968:1) System is defined in the dictionary as an assemblage of objects united by some form of regular interaction or interdependence; an organic or organized whole; as, the solar system; or new telegraph system. Secara sederhana maka pendidikan adalah sebuah keterkaitan antara satu komponen dan komponen lainnya yang saling berhubungan. Dalam sebuah sistem pendidikan maka kita harus melihat secara kompeherensif. kebijakan pemerintah, kurikulum, guru, murid, sarana belajar, sumber belajar, dll adalah sub sistem dalam pendidikan. Jadi dalam pengambilan kesimpulan harus dilihat secara keseluruhan.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas maka di dalam pendidikan terdapat kurikulum. Hamalik (2013:5) Kurikulum adalah sebagai program kegiatan yang terencana (program of planed activities) memiliki  rentang yang cukup luas, hingga membentuk suatu pandangan yang menyeluruh. Kata pandangan yang menyeluruh tersebut mempunyai makna bahwa kurikulum memegang peranan yang lebih vital dibanding komponen yang lain (seperti guru, murid, sumber belajar dll). Inilah mengapa kurukulum menjadi sorotan bagi masyarakat jika terjadi ketidak sesuaian dimasyarakat.
Kurikulum mengatur mengenai kegiatan pendidikan, salah satunya adalah mata pelajaran. Dalam UU No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2003 dikatakan bahwa strata pendidikan terbagi menjadi tiga yaitu Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi. Di dalam kurikulum 2013 terdapat mata pelajaran Sejarah. Jika ditelisik dari pendekatan, maka pada pendidikan dasar, konsep sejarah masuk dalam IPS, dan pendidikan menengah masuk dalam IPS terpadu (bagi Sekolah menengah pertama) dan pendidikan Sekolah Menengah Atas mempunyai mata pelajaran sejarah yang berdiri sendiri.
Mata pelajaran sejarah Haryono (1995:17) kumpulan materi yang mengandung arti tentang kejadian yang berhubungan dengan manusia dan benar-benar terjadi pada masa lampau yang membentuk gambaran masyarakat tertentu hingga orang mengerti masa lampau masyarakat tersebut dan paham akan masa kininya. Maka jika kita melihat pengertian tersebut, goal atau tujuan adalah membuat peserta didik menjadi paham akan sejarah bangsanya, menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air sebagai mana amanat UUD45 Pasal 27 ayat (3) UUD 45, Pasal 30 ayat (1) dan (2) UUD 45. Maka semakin terlihat peran penting mata pelajaran sejarah.
Dalam proses belajar mata pelajaran sejarah terdapat berbagai sumber belajar. Hal ini dikategorikan belajar berbasis aneka sumber, merupakan suatu strategi pembelajaran yang memberikan peserta didik memperoleh dan membangun pengetahuannya melalui interaksi beberapa sumber. Salah satu contohnya adalah penggunaan museum sebagai tempat bahan ajar. Tabel di bawah ini menunjukkan jumlah pengunjung kedatangan ke museum nasional. Alasan sederhana mengapa museum nasional yang dijadikan contoh karena menurut data badan pusat statistik/BPS (yang diambil pada tahun 2017), museum nasional menduduki posisi ke empat kunjungan terfavorit di Jakarta, dengan nomer satunya di tempati oleh Taman Impian Jaya Ancol.
Dalam data Badan Pusat Statistik, jumlah pengunjung museum nasional
Tabel. 1 Jumlah pengunjung Museum Nasonal
No
Tahun
Jumlah Pengunjung
1
2011
193864
2
2012
148118
3
2013
169527
4
2014
245848
5
2015
266359
Data diambi dari BPS dengan pemutakhiran tahun 2017
 Jika kita perhatikan data di atas, maka terdapat data yang fluktuatif para pengunjung museum nasional, bahkan ditahun 2011 ke 2012 terdapat pengurangan 45.736 pengunjung. Sehingga ada hipotesis bahwa penggunaan museum sebagai bahan sumber belajar belum maksimal, sehingga mungkin terdapat korelasi dengan ketidaktahuan generasi muda terhadap sejarah bangsanya sendiri, dan menurut penelitian Nugroho dan Mareza pada tahun 2016 mengatakan museum memiliki fungsi dan peranan untuk dimanfaatkan dalam kehidupan. Fungsi museum mampu memberi semangat untuk mengembangkan gagasan. Sehingga penggunaan museum menjadi urgensi para guru untuk mengajak pesertadidik menjadi lebih semangat dalam mengembangkan gagasan mereka untuk belajar dari masa lalu demi masa depan yang lebih baik.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.         Apakah penggunaan media belajar pada mata pelajaran sejarah sudah membuat anak mengembangkan gagasan dan bersemangat dalam proses pembelajaran?
2.         Apakah guru-guru pada mata pelajaran sejarah sudah menggunakan museum sebagai sumber belajar?
3.         Apakah terdapat hubungan antara penggunaan museum sebagai sumber belajar terhadap kreativitas pesertadidik dalam mengembangkan gagasan dalam proses pembelajaran?

C.       METODE PENULISAN
        Metode penulisan menggunakan karya tulis ilmiah, yaitu menggunakan data empiris, teori-teori yang menguatkan untuk menyelesaikan masalah dan kesimpulan.
D.       PEMBAHASAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL    
Sebelum kita membicarakan mengenai mata pelajaran sejarah, alangkah baiknya kita melihat secara pendekatan sistem posisi dimana mata pelajaran sejarah. Sehingga kita mampu melihat secara holistik apa yang menjadi pembahasan ini.
        Terdapat dua kata yang berbeda dan mempunyai makna yang berbeda juga, yakni social science dan social studies. pada tahun 1970-an kehadiran Ilmu Pengetahuan Sosial amat dipengaruhi oleh gerakan pembaharuan di Amerika Serikat. Terdapat dikotomi yang berbeda antara Social Science dan social studies. Social science lahir di Inggris, dan menghasilkan ilmu yang pragmatis pada masa kolonial. Seperti antropologi dan sosiologi. Social science ditujukan untuk menambah informasi terhadap induk koloni untuk membuat sebuah kebijakan disebuah koloni, atau mempersiapkan ekspansi (seperti yang terjadi di Indonesia, Belanda mempelajari kerajaan Aceh). Pada masa sekarang, social science membentuk seseorang untuk menjadi peneliti. Sementara Social Studies adalah suatu bidang kajian tentang gejala dan masalah sosial. Lalu dimana posisi Indonesia? Dalam hal ini, pendidikan di Indonesia menggunakan konsep social studies dibanding social science. Hal ini secara teoritis dituliskan wahab (2008:1.4) social studies bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin bidang akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah sosial. Maka pesertadidik diminta untuk mengkaji gejala dan masalah sosial di masyarakat, baik yang sudah terjadi, sedang terjadi dan yang akan terjadi. Dalam kerangka kerja pengkajian social studies maka digunakannya bidang keilmuan yang termasuk bidang ilmu sosial, seperti sejarah, pendidikan kewarganegaraan, antropologi, sosiologi, hukum, ekonomi dll. Dalam perspektif pendekatan sistem, Social Studies adalah sebuah sistem, dan bidang keilmuan seperti sejarah, pendidkan kewarganegaraan, antropologi dll adalah sub sistem. Terdapat korelasi antara sistem dan sub sistem. Sejarah sebagai bagian dari sub sistem mempunyai beberapa konsep yang harus dipahami supaya tidak tertukar dengan keilmuan antropologi, sosiologi, dll.
SEJARAH
        “Jangan sekali-kali melupakan sejarah”, merupakan kutipan dari pidato Bung Karno sebelum beliau lengser dari kekuasaannya. Apakah itu sejarah? Secara etimologi dikatakan Kuntowijoyo (2013:1) syajarah berarti “pohon”, syajarah an-nasab berarti “pohon silsilah”; bahasa inggris history; bahasa Latin dan Yunani historia; bahasa Yunani histori atau istor berarti orang yang pandai. Sejarah merupakan ilmu yang mempelajari kejadian pada masa lalu yang berhubungan dengan manusia. Badan Standar Nasional (2006:523) Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peran masyarakat di masa lampau berdasar metode dan metodelogi tertentu, Lebih lanjut Kuntowijoyo (2013:3) mengatakan Kata-kata yang memakai sejarah diantaranya adalah guru sejarah, pegawai sejarah, pencatat sejarah, pelaku dan saksi sejarah, serta peneliti dan penulis sejarah.
MATA PELAJARAN SEJARAH
        Dalam dunia pendidikan, khususnya di tingkat SD hingga SMA, sejarah merupakan mata pelajaran yang harus dilewati dan dipelajari oleh peserta didik.  Pada jenjang sekolah SMA. Dengan menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) Mata pelajaran sejarah bertujuan agar pesertadidik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1.      Membangun kesadaran pesertadidik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini dan masa depan.
2.      Melatih daya kritis pesertadidik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodelogi keilmuan
3.      Menumbuhkan apresiasi dan penghargan pesertadidik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban Indonesia di masa lampau.
4.      Menumbuhkan pemahaman pesertadidik terhadap proses terbentuknys bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang.
5.      Menumbuhkan kesadaran dalam diri pesertadidik sebagia bagaian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional.
Jika kita bandingkan dengan kurikulum 2013, maka pada tingkat SMA/SMK pelajaran Sejarah bertujuan mendorong siswa berpikir kritis-analitis dalam memanfaatkanpengetahuan tentang masa lampau untuk memahami kehidupan masa kini dan yang akan datang, memahami bahwa sejarah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari dan mengembangkan kemampuan intelektual dan keterampilan untukmemahami proses perubahan dan keberlanjutan masyarakat.
GURU
        Dengan melihat harapan atau tujuan pesertadidik,setelah mempelajari mata pelajaran sejarah, diperlukan sumberdaya yang baik dalam mentransformasikan pengetahuan baik itu yang bersifat kognigtif, afektik dan psikomotorik. Guru sebagai penyalur amanat dari kurikulum, dituntut bisa beradaptasi dengan cepat, dengan pergantian kurikulum dari KTSP ke Kurikulum 2013.
        Guru akan memikirkan apa yang dibutuhkan oleh pesertadidik untuk dapat menyampaikan inti bahasaan dengan jelas dan menarik minat, kreativitas dan daya kritis dari pesertadidik untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Banyak cara yang akan guru lakukan seperti, mencari pendekatan pembelajaran yang cocok, model pembelajaran, metode pembelajaran, dan menggunakan berbagai macam sumber belajar.
        Zubaeidi (2013:185) Model pembelajaran  merupakan landasan praktik pembelajaran sebagai hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Pendekatan pembelajaran adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Adapun metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Sementara sumber belajar adalah sesuatu yang dipergunakan untuk mendukung dan memudahkan terjadinya proses belajar.
        Tujuan pembelajaran adalah hal yang utama dalam proses pembelajaran. Association for educational communication and technology, (AECT) menjelaskan berbagai atau semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun yang terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar.
SUMBER BELAJAR  
Sardjiyo (2009: 6.14) Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut dibutuhkan sumber belajar. Sumber belajar adalah segala bentuk penyajian bahan atau materi yang dapat dijadikan sumber untuk belajar. Sumber belajar dapat dibedakan atas berbagai sudut pandang. Dilihat dari cara memperoleh informasi sumber belajar dapat dibagi menjadi jenis visual, audio, dan audiovisual. Di samping itu, dilihat dari tujuan pembuatannya, sumber belajar dapat dibagai ke dalam kelompok sumber belajar yang sengaja dirancang dan dibuat/diproduksi khusus untuk keperluan belajar.  Selain itu juga terdapat kelompok sumber belajar yang bukan dirancang, dibuat/diproduksi khusus untuk keperluan pembelajaran, namun dapat dipergunkan bagi keperluan belajar.
        Secara sederhana maka pengertian diatas adalah sumber belajar yang dirancang (learning resources by design) yang mempunyai contoh buku teks pelajaran, modul, laboratorium/tempat praktik, video pembelajaran, dan perpustakaan. sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (learning resources by utilization). Contohnya adalah museum untuk mempelajari kebudayaan, antropologi, sejarah. Atau pasar, yang dapat dipergunakan untuk memepelajari transaksi jual-beli atau komunikasi sosial. Contoh lainnya adalah rumah ibadah, untuk melihat ciri-ciri dan tata cara perilaku di dalamnya. Maka dalam mata pelajaran sejarah, salah satu sumber belaajr yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan adalah museum.
MUSEUM
        Secara etimologis, museum berasal dari bahasa Yunani klasik yaitu Muze yang berarti kumpulan 9 dewi sebagai lambang dari ilmu dan kesenian. Berdasarkan arti tersebut maka museum dapat diartikan sebagai tempat yang gunakan untuk menyimpan benda-benda kuno (bersajarah) tujuan agar bisa dilihat dan pelajari lagi untuk menambah wawasan dan menjadi tempat berekreasi. Secara terminologis, pengertian museum adalah suatu tempat atau lembaga yang mengumpulkan, menyimpan dan memamerkan benda-benda yang dapat menjadi sumber pengertahuan seperti sejarah, kesenian, ilmu alam dan lain-lain. Pada kamus besar bahasa Indonesia Museum/mu·se·um/ /muséum/ n gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu; tempat menyimpan barang kuno; sementara itu dalam Musyawarah umum ke-11 (11th General Assembly) International Council of Museum (ICOM) tahun 1974 di Denmark, mengemukakan bahwa museum memiliki fungsi sebagai berikut : (1) Pengumpulan dan pengamanan warisan alam dan budaya, (2) Dokumentasi dan penelitian ilmiah, (3) Konservasi dan preservasi, (4) Penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum, (5) Pengenalan dan penghayatan kesenian, (6) Pengenalan kebudayaan antardaerah dan antarbangsa, (7) Visualisasi warisan alam dan budaya, (8) Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia, dan (9) Pembangkit rasa takwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Setelah melihat definisi dan fungsi museum di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa musesum dapat digunakan sebagai sumber belajar yang relevan untuk mata pelajaran sejarah, sebagai bentuk fisik dari sebuah perjalanan masa lalu. Jika kita melihat data statistik maka terdapat beberapa museum yang tersebar di Indonesia, yaitu
Tabel 2 Jumlah museum di Indonesia
No
Tahun
Jumlah
1
2009
269
2
2010
275
3
2011
428
Sumber: https://tirto.id/darurat-museum-di-indonesia-
        Dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa (pada tahun 2016), Indonesia seharusnya punya museum lebih banyak. Saat ini, Indonesia baru punya 428 museum. Jika dibandingkan Amerika Serikat yang penduduknya berjumlah 320 juta jiwa, memiliki 35 ribu museum. Jumlah museum Indonesia mungkin masih minim.
        Namun jumlah yang minim tersebut harus dapat dimanfaatkan untuk menjadi sebuah sumber belajar. (Tirto, 2016) Jika dilihat koleksinya, museum di Indonesia sebarannya cukup beraneka ragam. Ada museum yang terkait ilmu pengetahuan, teknologi, perekonomian, militer, perjuangan bahkan museum terkait bencana alam. Ada 14 museum terkait dengan satwa. Isinya rangka atau hewan yang diawetkan. Lalu 42 museum terkait perkembangan teknologi di Indonesia, seperti museum kereta api maupun pertambangan. Bisanya terkait dengan masa-masa kolonial. Terkait dengan bencana alam yang pernah terjadi, setidaknya ada 6 museum. Misalnya Museum Tsunami di Aceh dan beberapa museum terkait erupsi Merapi.
        Dari jumlah 428 museum, 68 museum terletak di Jakarta.  Tirto (2016) Provinsi Jakarta memiliki museum paling banyak hingga 68 museum, dua di antaranya berada di kawasan kepulauan Seribu. Provinsi selanjutnya yang memiliki museum adalah Jawa Timur (51 museum), Jawa Tengah (50 Museum), Jawa Barat (38 museum), Yogyakarta (37 museum), dan Banten (6 museum). Di luar Jawa, Sumaetra Barat memiliki 20 museum, disusul Sumatra Utara (18 museum) dan Sulawesi Selatan (16 museum). Museum-museum itu biasanya ada di ibukota provinsi.
        Museum nasional adalah museum yang terletak di Jakarta. Sejarah museum nasional dimulai pada masa Hindia Belanda. Museum Nasional (2019) Menjelang akhir abad ke-18, di Eropa tengah terjadi revolusi intelektual (the age of enlightenment) dimana pemikiran-pemikiran ilmiah dan ilmu pengetahuan mulai berkembang. Pada tahun 1752 di Harlem, perkumpulan ilmiah Belanda bernama De Hollandsche Maatschappij der Wetenschappen  berdiri. Hal ini mendorong pemerintah Belanda di Batavia mendirikan organisasi yang sejenis bernama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG) pada 24 April 1778. Dari masa ke masa, jumlah koleksi milik BG terus meningkat sampai pada akhirnya museum di jalan Majapahit tidak dapat lagi menampung koleksinya. Pada tahun 1862, pemerintah HindiaBelanda memutuskan untuk membangun sebuah gedung museum baru di lokasi yang sekarang, yaitu Jalan Medan Merdeka Barat No. 12 (dahulu disebut Koningsplein West). Tanahnya meliputi area yang kemudian di atasnya dibangun gedung  Rechst Hogeschool  atau “Sekolah Tinggi Hukum”. (pernah dipakai untuk markas Kenpetai  di masa pendudukan Jepang, dan sekarang Departemen Pertahanan dan Keamanan). Gedung museum ini baru dibuka untuk umum pada tahun 1868. Museum ini sangat dikenal di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya penduduk Jakarta. Mereka menyebutnya “Gedung Gajah” atau “Museum Gajah” karena di halaman depan museum terdapat sebuah patung gajah perunggu hadiah dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand yang pernah berkunjung ke museum pada tahun 1871. Kadang kala disebut juga “Gedung Arca” karena di dalam gedung memang banyak tersimpan berbagai jenis dan bentuk arca yang berasal dari berbagai periode. Pada tahun 1923 perkumpulan ini memperoleh gelar “Koninklijk” karena jasanya dalam bidang ilmiah dan proyek pemerintah sehingga lengkapnya menjadi Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Pada tanggal 26 Januari 1950,  Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen diubah namanya menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia. Perubahan ini disesuaikan dengan kondisi waktu itu, sebagaimana tercermin dalam semboyan barunya: “memajukan ilmu-ilmu kebudayaan yang berfaedah untuk meningkatkan pengetahuan tentang kepulauan Indonesia dan negeri-negeri sekitarnya”. Mengingat pentingnya museum ini bagi bangsa Indonesia maka pada tanggal 17 September 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan pengelolaan museum kepada pemerintah Indonesia, yang kemudian menjadi Museum Pusat. Akhirnya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, No.092/ 0/1979 tertanggal 28 Mei 1979, Museum Pusat ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional.
        Jumlah koleksi di museum nasional berjumlah 140.000 yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah. Melihat potensi dari museum nasional sudah seharusnya dapat dipergunakan dengan baik oleh para akademisi baik dari guru, dosen, siswa dan mahasiswa.
TEORI BELAJAR      
        Dalam pembelajaran dibutuhkan teori belajar. Terdapat empat teori belajar yang menjadi grand design untuk pengembangan teori belajar di dunia. Teori behavior, teori konstruktivisme, teori humanisme, dan teori cybernetic. Penggunaan teori belajar akan mempengaruhi proses pembelajaran. Ketika penggunaan teori behavior, maka pembelajarannya pun akan bersifat behavior. Sebuah pembelajaran akan dilihat dari tujuan, proses dan assessment. Sumber belajar seperti museum akan membantu pesertadidik dalam kemampuan kognigtif, psikomotorik dan afektif. Terdapat istilah learning by doing yang dipopulerkan oleh John Dewey. Wikipedia, (2019) Learning by doing refers to a theory of education expounded by American philosopher John Dewey. He theorized that learning should be relevant and practical, not just passive and theoretical. He implemented this idea by setting up the University of Chicago Laboratory School. Secara sederhana, definisi John Dewey mengacu pada proses belajar yang aktiv, serta relevan dalam praktek di masa kini. Penggunaan museum sebagai sumber belajar merupakan medium yang baik dalam pemberian pengalaman pada pesertadidik.
        Museum nasional sebagai museum yang terletak di Jakarta, sangat membantu dalam pemberian kegiatan empiris dalam pendidikan. Amanat Kurukulum 2013 tingkat SMA mengatakan bahwa kompetensi dasar yang diharapkan adalah Kemampuan menganalisis pengaruh perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha dan Islam terhadap masyarakat di berbagai daerah di Indonesia.  
        Kompetensi dasar adalah kemampuan yang diharapkan bisa dikuasai oleh peserta didik. Dalam kompetesi tingkat SMA level maka kegiatan pembelajaran harus berdasarkan dari silabus dan Rancangan Program Pembelajaran (RPP). Dalam proses belajar kelas X, peserta didik diminta untuk dapat menganalisis pengaruh perkembangan agama hindu-budha di Indonesia, jika berdasarkan proses pembelajaran yang tradisional, maka guru biasanya menggunakan buku text pelajaran dan lembar kerja siswa dalam memberikan materi dan mentrasformasi pengetahuan. Hal tersebut ditunjang dengan penggunaan metode ceramah, Tanya jawab dan diskusi. Hal tersebut memang cocok diklasifikasikan menjadi cooperative learning. Namun kenyataan yag terjadi dilapangan, banyak siswa yang hanya berfokus pada apa yang akan menjadi tema mereka dalam kelompok. Sehingga jika kita memabagi 5 kelompok dalam satu kelas, maka kemungkinan besar yang paham keseluran tema tidak sampai setengah kelas, hal itu karena pembelajaran hanya bersifat textual. Dalam kerucut pengalaman edgar dale dikatakan bahwa learning by doing adalah salah satu metode paling baik dalam mendapatkan hasil belajar

        Melihat penelitian Dale, terdapat data 90% pesertadidik lebih termotivasi dan paham jika mereka melakukan kegiatan pembelajaran dengan pengalaman mereka. Dalam data 90% itu mereka akan baik dalam hasil belajar jika menggunakan metode bermain peran, melakukan simulasi dan mengerjakan hal yang nyata.
        Melihat kompetensi dasar SMA yakni analisis pengaruh Hindu-Budha dan Islam. Pembelajaran dapat dilakukan dengan memberikan tugas mengunjungi museum nasional. Karena memiliki koleksi yang cukup lengkap. Terutama bagian arca. Jika melihat kenyataan dilapangan, mata pelajaran sejarah mayoritas persertadidik hanya menganggap pelajaran menghapal, sehingga mata pelajaran sebagai bagian komperehensif dari pendidikan karakter tidak berhasil. Jika kita membawa pesertadidik kedalam museum nasional, dan menceritakan secara panjang lebar peristiwa sejarah dalam museum nasional, maka diharapkan terdapat stimulus repon yang baik antara guru dan pesertadidik. Sementara itu mengenalkan museum kepada pesertadidik adalah hal yang baik dan mampu meningkatkan daya kreativitas dan gagasan akan rasa nasionalisme.

E.        KESIMPULAN
        Dalam proses belajar mata pelajaran sejarah terdapat berbagai sumber belajar. Hal ini dikategorikan belajar berbasis aneka sumber, sumber belajar yang dirancang (learning resources by design) seperti buku teks pelajaran, modul, laboratorium/tempat praktik, video pembelajaran, dan perpustakaan. sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (learning resources by utilization). Salah satunya adalah museum, museum adalah gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu; tempat menyimpan barang kuno. Dalam teori pendidikan learning by doing John Dewey, dan kerucut pengalaman Dale, belajar harus dengan melalui kegiatan empiris. Sehingga penggunaan museum sebagi sumber belajar akan membantu hasil dari proses belajar pada mata pelajaran sejarah.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta. Rineka Cipta
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. 2017. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata Unggulan Menurut Lokasi. Diunduh pada 3 April 2019. https://jakarta.bps.go.id/statictable/2017/01/30/158/jumlah-kunjungan-wisatawan-ke-obyek wisata-unggulan-menurut-lokasi-2011-2015.html
Badan Standar Nasional. 2006. Pedoman Penyususnan KTSP Jenjang Dasar dan Menengah. Jakarta. Depdiknas
Banathy, Bela H. 1968. Intructional systems. California : Fearon Publisher Inc
Hamalik, Oemar. 2013. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Haryono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Jakarta : Dunia Pustaka
https://www.museumnasional.or.id/ diunduh pada 9 April 2019
Nugroho, Agung. Mareza, Lia. 2016. “Pemanfaatan Museum BRI dan Museum Jenderal Sudirman Sebagai Sumber Belajar”, dalam Khasanah Pendidikan Volume IX Nomor 2 Maret 2016
Ojong, P.K. 2019. Perang Eropa Jilid I. Jakarta : Kompas Penerbit Buku
Sitepu, B.P. 2017. Pengembangan Sumber Belajar. Depok : Rajawali Press
Sitepu, B.P. 2016. Pedoman menulis Jurnal. Bandung. Rosdakarya.
Supardan, Dadang. 2015. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta : Bumi Aksara
Kuntowijoyo. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta : Tiara Wacana
Wibawa, Basuki. Dkk. 2014. Metode penelitian pendidikan.Tanggerang Selatan. Universitas Terbuka press
Wahab, Abdul Aziz. 2008. Konsep Dasar IPS. Tanggerang Selatan : Universitas Terbuka Press
Zubaedi. 2013. Desain Pendidikan Karakter konsep dan aplikasinya dalam lembaga pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Group


Lampiran
Tabel. 1 Jumlah pengunjung Museum Nasonal
No
Tahun
Jumlah Pengunjung
1
2011
193864
2
2012
148118
3
2013
169527
4
2014
245848
5
2015
266359
Sumber dari Badan Pusat Statistik dimutahirkan 2017

Tabel 2 Jumlah museum di Indonesia
No
Tahun
Jumlah
1
2009
269
2
2010
275
3
2011
428
Sumber: https://tirto.id/darurat-museum-di-indonesia

*Tulisan ini dibuat untuk kepentingan lomba penulisan media belajar oleh museum perumusan teks proklamasi